Selasa, 28 September 2010

Dasar-dasar konstruksi bangunan (Bag. Tengah = dinding, lantai)

A. BAGIAN TENGAH

a. Dinding
a.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DINDING
Dalam pengertian umum, dinding adalah bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai pemisah antara ruangan luar dengan ruangan dalam, melindungi terhadap intrusi dan cuaca, penyokong atap dan sebagai pembatas ruang satu dengan ruangan lainnya, berfungsi pula sebagai penahan cahaya panas dari matahari, menahan tiupan angin dari luar, dan untuk menghindari gangguan binatang liar.
Serta dalam pengenalan pengertin kamus teknik, dinding adalah struktur solid yang menahan/membatasi dan melindungi suatu area. Dalam kesimpulannya, dinding adalah bagian bangunan yang sangat penting perannya bagi suatu konstruksi bangunan. Dinding membentuk dan melindungi isi bangunan baik dari segi konstruksi maupun penampilan artistik dari bangunan.

Secara umum fungsi dinding adalah:
1. Sebagai pemikul beban di atasnya.
2. Sebagai Pembatas ruang, mempunyai sifat : privasi, indah dan bagus dalam skala, warna, tekstur, dapat dibuat transparan, sebagai peredam terhadap bunyi baik dari dalam maupun dari luar.
3. Perlindungan terhadap gangguan dari luar (sinar matahari, isolasi terhadap suhu, air hujan dan kelembapan, hembusan angin, serta gangguan dari luar lainnya)

Fungsi dinding dilihat dari nilai kenyamanan, kesehatan dan keamanan:
1. Sebagai pemisah antar ruangan.
2. Sebagai pemisah ruang yang bersifat pribadi, dan bersifat umum
3. Sebagai penahan cahaya, angin, hujan, banjir dan lain-lain yang bersumber dari alam.
4. Sebagai pembatas dan penahan struktur (untuk fungsi tertentu seperti dinding, lift, resovoar dan lain-lain)
5. Sebagai penahan kebisingan

Fungsi dinding dalam konstruksi adalah:
1. Dinding berfungsi sebagai pemikul. Itullah sebabnya konstruksinya harus kuat dan kokoh agar mampu menahan beban super struktur, bebannya sendiri serta beban horizontal
2. Dinding berfungsi sebagai pembatas/partisi, tidak perlu kokoh tetapi harus kaku sehingga perlu kolom penguat (kolom praktis)

a.II MACAM-MACAM DINDING DAN PROSES PEMBUATANNYA:

Ditinjau dari bahan mentah yang dipakai, dinding bangunan dapat dibedakan atas:
1. Bata cetak/bata kapur, adalah batu buatan yang dibuat dari campuran beberapa bahan dengan perbandingan tertentu, Umumnya digunakan pada rumah-rumah sederhana di perkampungan, pagar pembatas tanah dan lain sebagainya.
2. Bata celcon atau hebel, terbuat dari pasir silika. Harganya lebih mahal dari pada bata merah. Ukuran umumnya 10 cm x 19 cm x 59 cm.
3. Dinding Partisi, bahan yang dipakai umumnya terdiri dari lembaran multiplek atau papan gipsum dengan ketebalan 9-12 mm.
4. Batako dan blok beton, adalah batu buatan yang dibuat dari campuran bahan mentah: tras+ kapur + pasir dengan perbandingan tertentu. Batu buatan jenis ini bentuknya berlubang, model dan lubangnya dibuat bermacam variasi model. Blok beton, adalah batu buatan yang dibuat dari campuran bahan mentah: semen + pasir dengan perbandingan tertentu, sama juga dengan bataco, blok beton ini juga berlubang.
5. Batu bata (bata merah),pada umurnnya merupakan prisma tegak (balok) dengan penampang empat persegi panjang, ada juga batu. 55 bata yang berlubang-lubang, batu bata semacam ini kebanyakan digunakan untuk pasangan dinding peredam suara. Ukuran batu bata di berbagai tempat dan daerah tidak sama besamya disebabkan oleh karena belum ada keseragaman ukuran dan teknik pengolahan. Ukuran batu bata umumnya berkisar 22 x 10,5 x 4,8 cm sampai 24 x 11,5 x 5,5 cm.

4. Dinding Bata Kapur
Ukuran dinding bata kapur 8 cm x 17 cm x 30 cm. Dinding ini banyak digunakan pada rumah-rumah di pedesaan, perumahan rakyat, pagar pembatas tanah, atau rumah sederhana. Dinding bata kapur terbuat dari campuran tanah liat dengan kapur gunung. Macam-.macam tipe campuran antara lain:
a. Campuran bahan: tanah liat + tanah kapur + kapur-bubuk + semen.
b. Campuran bahan : tras + kapur
c. Campuran bahan: tanah liat + pasir + kapur bubuk + pc Harganya sangat murah. Waktu pemasangan pun cepat dan sedikit pemakaian adukan semen-pasir. Bila telah terpasang dan diplester serta diaci dinding ini tidak akan terlihat dari tanah dan kapur. Dinding ini memerlukan kolom pengaku (kolom praktis) setiap 2,5 m.
2. Dinding Bata Hebel Atau Celcon
Dinding bata hebel atau celcon adalah bahan bangunan pembentuk dinding dengan mutu yang relatif tinggi. Penjualan bata jenis inipun tidak diretail pada setiap agen atau toko material Pembelian biasanya harus dengan memesan terlebih dahulu. umumnya berukuran 10 cm x 19 cm x 59 cm. Bahannya terbuat dari pasir silika. Bata jenis ini harganya lebih mahal kurang lebih 16,5 % dari harga dinding bata merah untuk setiap 1 m2 terpasang. Dinding jenis ini sering digunakan pada rumah-rumah mewah, hotel, apartemen, monumen dan gedung-gedung mewah yang lain.
Kelebihan yang dimiliki dinding ini adalah cepatnya proses pemasangan, mudah dalam pemotongan karena hanya menggunakan gergaji, bahannya tahan api dan air serta kedap suara. Dinding jenis ini bisa saja tidak diplester, cukup diaci saja karena permukaannya yang sudah relatif rata dan
permukaan batu yang lebar. Hanya saja ketebalan kusennya harus disesuaikan. Selain itu, dalam praktik pemasangan sangat sedikit bahan yang terbuang.

Jarak pemasangan kolom penguat sama dengan yang disyaratkan pada bata merah. Pemesanan tidak dilakukan secara unit, melainkan dalam ukuran 1 m3. Untuk 1 m3 bata jenis ini bisa digunakan untuk pasangan dinding seluas 11,5 m2. Namun hal ini tergantung juga dengan ketebalan dinding, bisa saja kurang dari 11,5 m2 bila ketebalannya lebih besar.
3. Dinding Partisi
Sesuai dengan namanya dinding partisi memang dikhususkan untuk sekat antar ruang. Karena di desain sebagai sekat antara ruang satu dan yang lain, dinding ini memiliki desain konstruksi yang lebih praktis dan ringan dibanding dengan konstruksi dinding yang lain. Bahan partisi untuk dinding jenis ini termasuk bagus dan murah. Sayangnya dinding ini tidak bisa digunakan untuk dinding luar (eksterior). Ini disebabkan sifat bahannya yang kurang menjamin faktor keamanan dari gangguan luar. Disamping tidak cocok untuk konstruksi terbuka, dinding jenis ini juga tidak dirancang untuk memikul beban yang berat. Dinding macam ini banyak digunakan sebagai bahan penyekat ruangan, terutama di perkantoran.
Bahan yang dipakai umumnya terdiri dari lembaran multiplek atau papan gipsum dengan ketebalan 9-12 mm. Bahan lain yang bagus untuk partisi adalah papan semen fiber glass. Bahan tersebut terbuat dari campuran semen dan
fiber glass sehingga sangat kuat. Pemasangan ke rangka (kayu atau hollow) menggunakan sekrup. Bahannya mudah dipotong hanya menggunakan gergaji. Ketebalannya beragam mulai dari 4 mm, 6 mm, 9 mm, 12 mm, dan 15 mm. Panjang dan lebarnya sama dengan ukuran lembaran tripleks, yaitu 122 cm x 244 cm. Dari segi beban terhadap bangunan, dinding partisi dapat diabaikan. Untuk dinding partisi yang memakai bahan multiplek bisa dikatakan kurang aman, mengingat bahan mudah terbakar dan mudah mengelupas bila sering terkena air. Secara umum pemakaian partisi selalu dibuat dua lapis, untuk luar dan dalam. Bila dana terbatas, gunakan bahan partisi ini untuk pembatas ruangan. Jenis bahan disesuaikan dengan selera dan besarnya biaya.
Dewasa ini penggunaan dinding partisi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan perumahan dan perkantoran yang tidak hanya mempertimbangkan faktor biaya dan waktu yang dihabiskan dalam membangun suatu bangunan. Dinding partisi ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat di sektor real. Sementara ini dinding partisi merupakan hasil dari pengembangan teknologi yang tepat guna. Dimana perkembangan teknologinya selalu meningkat sejalan dengan inovasi produsen dinding partisi ini.
4. Dinding Batako
Batako merupakan batu buatan yang pembuatannya tidak dibakar, bahannya dari tras dan kapur, juga dengan sedikit semen portland, Pemakaiannya lebih hemat dalam beberapa segi, misalnya: per m2 luas tembok lebih sedikit jumlah batu yang dibutuhkan, sehingga kuantitatif terdapat penghematan. Terdapat pula penghematan dalam pemakaian adukan sampai 75 %. Beratnya tembok diperingan dengan 50 %, dengan demikian juga pondasinya bisa berkurang. Namun demikian masih lebih mahal jika dibanding dengan bata kapur Bentuk batu batako yang bermacam-macam memungkinkan variasi-variasi yang cukup, dan jika kualitas batu batako baik, dinding batako tidak perlu diplester. Batu batako dapat dibuat dengan mudah dengan alat-alat atau mesin yang sederhana dan tidak perlu dibakar. Namun bahan bangunan tersebut masih baru di Indonesia, cara-cara pembuatan, pemakaian pemasangan maupun adukan-adukannya dapat dipelajari dengan seksama.
Tras dan kapur dengan perbandingan 5 : 1 jika kualitas tras cukup baik, jika perlu ditambah dengan sedikit semen portland, diaduk sebaik-baiknya dalam keadaan kering. Tempat pembuatan adukan harus bersih dan terlindung dari hujan. Kemudian adukan yang kering diaduk dengan air secukupnya. Untuk mengetahui kadar air dari suatu adukan dibuat bola-bola adukan, yang digenggam-genggam pada telapak tangan. Apabila bola adukan dijatuhkan hanya sedikit berubah bentuknya, maka kandungan air dalam adukan itu terlalu banyak, dan bila dilihat telapak tangan tidak berbekas air, maka kadar air adukan tersebut kurang. Jikalau kadar air tercapai dengan tepat, perataan dapat dimulai. Batu-batu yang baru dicetak disimpan dalam los agar terhindar dari panas matahari maupun air hujan, kemudian diletakkan berderet di rak dengan tidak ditimbun.
Masa perawatan 3 hari sampai 5 hari, guna memperoleh pengeringan dan kemantapan bentuk. Biarkan masih dalam los dan biarkan selama 3 minggu sampai 4 minggu untuk memperoleh proses pengerasan. Di samping itu diusahakan agar di tempat sekitarnya udara tetap lembab.
Pada pemakaian batu batako diperhatikan hal-hal berikut:
a. Disimpan dalam keadaan cukup kering
b. Penyusunan batu cetak sebelum dipakai cukup setinggi lima lapis, untuk keamanan dan juga untuk memudahkan pengambilan
c. Pada pemasangan tidak perlu dibasahi terlebih dahulu, serta tidak boleh direndam air
d. Untuk pemotongan batu batako dipergunakan palu dan tatah untuk membuat goresan pada batu yang akan dipatahkan.
Aturan batu buatan yang tidak dibakar (batako) sebenarnya tidak berbeda dengan aturan batu merah. Pada prinsipnya system pemasangannya menggunakan aturan pemasangan batu bata. Pada sudut bangunan diberi papan mistar yang menentukan tinggi-nya lapisan masing-masing, sehingga pada tiap-tiap pemasangan lapisan dapat diberi tali pelurus. Pemasangan batu batako terakhir selalu di tengahtengah.
Untuk memperkuat dinding batu batako juga digunakan rangka pengkaku yang terdiri dari kolom atau balok beton bertulang yang dicor di dalam lubang-1ubang batu batako. Kolom beton ini selalu dipasang di sudut-sudut, pertemuan dan persilangan dinding seperti terlihat pada gambar diatas. Jika dinding bersilangan salah satu dinding terdiri dari batu batako yang tidak berlubang, maka digunakan angker besi beton 3/8".
5. Dinding Batu Bata
Dinding bata merupakan dinding yang paling lazim digunakan dalam pembangunan gedung baik perumahan sederhana sampai pembangunan gedung-gedung yang ukurannya besar. Karena itu pasangan batu bata memiliki seni tersendiri dalam system pemasangannya dalam konstruksi dinding.
Pembuatan batu bata harus memenuhi peraturan umum untuk bahan bangunan di Indonesia NI-3 dan peraturan batu merah sebagai bahan bangunan NI-10. Batu merah dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dasar :
1) Lempung (tanah liat), yang mengandung silika sebesar 50 % sampai dengan 70%.
2) Sekam padi, fungsinya untuk pencetakan batu merah, sebagai alas agar batu merah tidak melekat pada tanah, dan permukaan batu merah akan cukup kasar. Sekam padi juga dicampur pada batu merah yang masih mentah. waktu pembakaran batu merah akan terbakar dan pada bekas sekam padi yang terbakar akan timbul pori-pori pada batu merah
3) Kotoran binatang, dipergunakan untuk melunakkan tanah, digunakan kotoran kerbau, kuda dan Iain-lain. Fungsi kotoran binatang dalam campuran batu merah ialah membantu dalam proses pembakaran dengan memberikan panasnya yang lebih tinggi di dalam batu merah.
4) Air, digunakan untuk melunakkan dan merendam tanah. Lempung yang sudah dicampur dengan sekam padi dan kotoran binatang kemudian direndam dengan air ini beberapa waktu lamanya.
Campuran itu direndam selama satu hari satu malam dengan kondisi yang sudah bersih dari batu-batu kerikil atau bahan lain yang dapat menjadikan kualitasnya jelek. Kemudian dicetak dengan menggunakan cetakan dari kayu, bisa juga digunakan cetakan dari baja. Untuk mempermudah lepasnya batu merah yang dicetak, maka bingkai cetakan dibuat lebih besar sedikit ke bawah dan dibasahi dengan air.
Batu merah yang belum dibakar juga disebut batu hijau. Sesudah keras bata dapat dibalik pada sisi yang lain. Lalu ditumpuk datam susunan setinggi 10 atau 15 batu. Susunan ini terlindung dari sinar matahari dan hujan. Pengeringan ini membutuhkan waktu selama 2 hari s/d 7 hari.
Pembakaran batu hijau ini dilakukan setelah batu itu kering dan disusun sedemikian rupa, sehingga berupa suatu gunungan dengan diberi celah-celah lobang untuk memasukkan bahan bakar.
Hasil batu merah yang baik bakarannya, tergantung dari banyaknya batu merah yang dibakar. Kalau yang dibakar sedikit saja, persentase hasil pembakaran lebih banyak. Pada umumnya kerusakan batu merah dalam proses pembakaran sekitar 20% sampai 30%. Bahan bakarnya menggunakan kayu atau sekam padi.
Setelah selesai proses pembuatan, batu merah selalu harus disimpan dalam keadaan cukup kering. Bila tidak ada gudang, maka dilindungi dengan plastik terhadap air hujan.
Sebelum munculnya tungku-tungku modern, bata paling sering dibakar dengan cara menumpuknya dalam jajaran longgar yang disebut sebagai tungku bata-lapangan dengan tanah atau lempung, menyalakan api di bawah jajaran tersebut, dan mempertahankan api itu selama beberapa hari. Setelah mendingin, tungku bata-lapangan itu dibongkar dan batanya dipilah sesuai dengan derajat pembakaran yang telah dialaminya.
Batu bata yang berdekatan dengan api (bata klingker) sering mengalami kelebihanbakar dan terdistorsi, yang membuatnya menjadi tidak menarik, dan oleh sebab itu tidak sesuai digunakan pada pekerjaanbata ekspos. Bata-bata dalam zona tungku bata-Iapangan di dekat api akan terbakar sempuma tetapi tidak terdistorsi, ini sesuai untuk bata lapis-muka di bagian luar dengan derajat daya-tahan terhadap cuaca yang tinggi.
Bata yang paling jauh dari api akan menjadi lebih lunak dan akan dipinggirkan untuk digunakan sebagai bata belakang, sementara sejumlah bata dari sekitar keliling tungku bata-Iapangannya tidak cukup terbakar dan hasilnya tidak baik, bahkan tidak dapat digunakan untuk keperluan apapun, bata yang seperti ini akan dibuang. Sebelum pengangkutan mekanik ditemukan, bata untuk suatu bangunan biasanya diproduksi dari tanah yang diperoleh dari tapak bangunan atau tidak jauh di sekitar lokasi yang akan didirikan bangunan.
b. LANTAI
JENIS KERAMIK (LANTAI)
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani, keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Lantai keramik atau ubin keramik adalah bahan penutup (finishing) lantai dari bahan keramik. Tujuan pemasangan ubin keramik selain sebagi penutup lantai adalah menambah kekuatan lantai, mempermudah pemeliharaan dan kebersihan lantai, serta mendekorasi ruangan (lantai). Selain fungsi-fungsi tersebut, efek pemasangan keramik lantai juga bisa menghadirkan atmosfer tertentu pada ruangan, tergantung jenis dan corak keramik yang dipilih.
Berdasarkan cara pembukaannya jendela dibagi atas:
1. Jendela yang dipasang mati dalam kusen.
2. Jendela dengan daun jendela yang dibuka ke dalam atau ke luar.
3. Jendela dengan daun pintu yang dibuka dengan digeser ke atas
4. Jendela dengan kaca-kaca krepyak (terpisah kecil-kecil)
5. Jendela dengan daun yang dibuka dengan diputar dalam sumbu horizontal
6. Jendela dengan daun dibuka dengan engsel di atas yang cukup populer.
kebutuhan akan penghawaan dan pencahayaan alami.

Pertimbangan konstruksi, estetika, dan fungsi utama jendela penting untuk dipikirkan sebelum membuat jendela. Bentuk dan konstruksi jendela dapat menentukan tampilan sebuah rumah tinggal dipadukan dengan bagian-bagian lain dari sebuah rumah. Ukuran jendela yang baik dalam sebuah ruangan sebaiknya 12%-15% dari luas lantai ruangan. Standar Nasional Indonesia (SNI) menyarankan agar jendela tidak kurang dari 5% dari luas lantai. Jendela selain berfungsi sebagai sumber masuknya cahaya dan penghawaan alami, juga merupakan bagian rumah yang memberikan unsur estetika pada suatu tampilan bangunan rumah.

Pada dinding terdapat unsur pelengkap yaitu pintu dan jendela.
Jendela mungkin adalah bagian dari rumah yang sudah sangat biasa kita temui. Jendela pada dasarnya merupakan akses udara dan cahaya di dalam rumah. Biasanya jendela memiliki cara untuk diatur besar kecil bukaannya sesuai
7. Jendela dengan daun sorong ke samping.

Dalam kaitan dengan mutu ubin keramik dikenal istilah KW1, KW2, KW3, artinya dalam (1) satu kotak keramik KW1 berisi keramik kualitas paling baik dan nol kerusakan atau tidak ada yang cacat (reject), sedangkan KW berikutnya kualitasnya lebih rendah, seperti warna tidak sama persis sama, ukuran berselisih antara satu dengan lainnya berkisar 1 – 1.5 mm. Jenis dan merk lantai keramik yang ada dipasaran antara lain: Roman, KIA, IKAD, INA, White Horse, Masterina, Mulia, Acura, Hercules, KIG, Milan, Platinum, Genova dan sebagainya.
Keramik dilihat dari penggunaan bahan dan proses pembuatan terbagi dalam dalam dua jenis keramik, yaitu:
b. Keramik Tradisional
Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti kuarsa, kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industrii (refractory).
c. Keramik Halus
Fine ceramics (keramik modern atau biasa disebut keramik teknik advanced ceramic, engineering ceramic, techical ceramic) adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO,dll). Penggunaannya: elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang medis.
Sifat Keramik:
b. Mudah pecah
Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari keramik bandingkan dengan piring dari logam atau melamin, pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis keramik hasil sintering, dan campuran sintering antara keramik dengan logam.
b. Tahan suhu tinggi
Sebagai contoh keramik tradisional yang terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan sampai dengan suhu 1200 C, keramik engineering seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000 C.
c. Kekuatan tekan tinggi,
sifat ini merupakan salah satu faktor yang membuat penelitian tentang keramik terus berkembang.

Dasar-dasar konstruksi bangunan (Sloof, kolom)

a. SLOOF
Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara horizontal di atas pondasi. Gunanya ialah untuk meratakan beban yang diterima kolom menuju pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu kolom, akan tersebar merata pada seluruh pondasi. Selain itu, sloof berfungsi sebagai pengikat antara dinding pondasi dengan kolom.

Dimensi sloof yang sering digunakan pada bangunan rumah tinggal lantai satu , lebar 15 cm, tinggi 20 cm, besi beton tulangan utama menggunakan 4 buah diameter 10 mm (4 d 10 ) sedangkan untuk begel menggunakan diameter 8 mm berjarak
15 cm ( d 8 – 15).Dibawah ini gamabar sloof untuk bangunan rumah tinggal lantai satu.

b. KOLOM
c.I Pengertian Kolom dan Fungsinya
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

c.II Jenis-Jenis kolom
Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:
1. Kolom ikat (tie column)
2. Kolom spiral (spiral column)
3. Kolom komposit (composite column)
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini
2. berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya. (gambar a.)
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud. (gambar b)
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang. (gambar c)
Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
Kolom Praktis
Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

Dasar-dasar konstruksi bangunan (PONDASI)

A.BAGIAN BAWAH
a.PONDASI
a.I Pengertian Pondasi
Pengertian umum untuk Pondasi Rumah adalah Struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya di atasnya.

Kesimpulannya, pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem strukturnya.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.

Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:
1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
3. Keadaan daerah sekitar lokasi
4. Waktu dan biaya pekerjaan
5. Kokoh, kaku dan kuat

Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi, berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air tanah mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak terendam air meskipun jenis tanah sama.

Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan tersebut.
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan dengan benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya.

Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni :
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.

a.II Fungsi Pondasi
Pada dasarnya fungsi pondasi adalah untuk menyalurkan beban-beban yang bekerja diatas pondasi ke struktur yang ada dibawahnya tanpa mengalami kerusakan. Pondasi harus direncanakan untuk menjamin stabilitas dibawah pengaruh beban statis maupun beban dinamis. Meskipun beban dinamis yang bekerja cukup kecil namun bekerjanya berulang selama periode waktu tertentu sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam perencanaan.
Ragam getaran yang terjadi pada pondasi dianalisa dengan metode lumped parameter system. Metode ini menawarkan penambahan frekwensi alami untuk mengurangi getaran pada sistem dengan cara mengatur konstanta pegas dan peredam.
Dimensi pondasi blok dengan panjang, lebar dan tebal masing-masing: 9 m, 4 m, dan 1 m memenuhi kriteria perencanaan dimana amplitudo arah vertikal dan horisontal (0,0146 mm; 0,0313 mm) lebih kecil dari batas ijin amplitudo arah vertikal dan horisontal (0,2 mm; 0,4 mm). Kombinasi beban statis dan dinamis menghasilkan gaya-gaya yang diterima tanah berturut-turut: gaya arah vertikal dan horisontal sebesar: 0,8032 t, 0,5356 t, rotasi arah x, y, z sebesar: 1,6907 tm, 2,2018 tm, 2,2371 tm dan getaran torsi sebesar 10,0659 tm. Gaya-gaya tersebut mampu diterima tanah dimana total tegangan tanah sebesar 0,5316 Kg/cm2 masih lebih kecil dari tegangan ijin tanah sebesar 2,7375 Kg/cm2. Pondasi menggunakan tulangan D16-100 pada sisi lebar maupun sisi panjang, D20 – 50 pada bagian atas, D22 – 50 pada dasar pondasi, dan D18 – 100 sebagai tulangan bagi yang difungsikan untuk mengatasi efek susut dan suhu.
Pondasi dari suatu bangunan khususnya pada bangunan gedung adalah suatu konstruksi dari bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah atas bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah berfungsi meneruskan beban atau gaya di atasnya dan termasuk berat pondasi ke tanah di bawahnya. Sehingga pondasi yang merupakan bagian dari konstruksi bangunan harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :
1. Cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah geser yang disebabkan muatan tegak ke bawah.
2. Dapat menyesuaikan terhadap kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan tanah antara lain, tanah mengembang, tanah menyusut, tanah yang tidak stabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari gempa bumi.
3. Menahan gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik organic maupun anorganik.
4. Dapat menahan tekanan air yang mungkin terjadi. Suatu konstruksi pondasi yang tidak cukup kuat dan kurang memenuhi persyaratan tersebut diatas, dapat menimbulkan kerusakan pada bangunannya. Akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan ini, memerlukan perbaikan dari bangunannya bahkan kemungkinan terjadi seluruh bangunan menjadi rusak dan harus dibongkar.
Tanah tempat konstruksi pondasi diletakkan harus cukup kuat. yang di dasarkan atas kekuatan tanah atau daya dukung tanah. Letak tanah kuat untuk konstruksi pondasi pada masing-masing tempat, tidak sama. Pada tanah yang baik dapat dipasang konstruksi pondasi dangkal kedalaman tanah yang kuat antara 70-100 cm dibawah permukaan tanah. Akan tetapi pada tanah lunak harus dipasang konstruksi pondasi dalam, dengan kedalaman 20 m atau lebih dari permukaan tanah keadaan ini tergantung pada jenis susunan tanah setempat.


a.III Teknik Pondasi
Teknik Pondasi (ada juga yang mengeja teknik fondasi) adalah suatu upaya teknis untuk mendapatkan jenis dan dimensi pondasi bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga beban yang bekerja dengan baik. Merupakan bagian dari ilmu Geoteknik.

Untuk membuat pondasi maka diperlukan adanya pekerjaan gakian tanah, hal ini dilakukan karena pada umumnya lapisan tanah dipermukaan setebal +/- 50 cm adalah lapisan tanah humus yang sangat labil dan tidak mempunyai daya dukung yang baik, oleh karena itu pada dasar pondasi tidak boleh diletakkan lapisan tanah humus ini. Untuk menjaga kstabilan pondasi dan memperoleh daya dukung tanah yang besar, dasar pondasi harus diletakkan lebih dari 50 cm didalam permukaan tanah sampai mencapai lapisan yang keras. Lebar galian tanah pondasi dibuat secukupnya asal bisa untuk memasang pondasi, karena tanah yang sudah terusik akan berubah sifat maupun kekuatannya.

Prinsip kerja dari pondasi adalah seperti ujung pensil, kalau ujungnya lancip ditekan pada telapak tangan akan terasa sakit, dan lebih mudah masuk kudalam daging, sedang jika ujungnya tumpul akan terjadi sebaliknya. Pada pondasi hal demikian juga berlaku, jika lebar dasar pondasi lebarnya kecil maka daya dukung pondasi nya kecil sehingga bangunan lebih mudah ambles, sebaliknya jika dasar pondasi mempunyai lebar yang besar maka daya dukungnya juga besar sehingga bangunan tidak medah ambles didalamnya. Sehingga makin berat bangunan yang didukung makin besar daya dukng tanah yang diperlukan sehingga lebar dasar pondasi juga makin besar.


a.IV Material pondasi
Disamping teknik strukturnya yang harus benar, mutu material pembuat pondasi dan beton juga harus berkwalitas. Karakteristik dan sifat beton sangat tergantung dari design campuran dan kwalitas bahan-bahan penyusunnya, setiap tahapan dalam proses produksi pondasi dan beton dilapangan memegang peranan penting dalam menghasilkan pondasi beton yang berkwalitas antara lain :
Pasir dan koral : Kesalahan penempatan dan penyimpanan material, dapat menyebabkan menurunnya kwalitas pondasi. Penempatan pasir dan koral harus sedemikian rupa jangan sampai tercampur oleh bahan-bahan lain. Selain itu penggunaan landasan untuk stok material sangat dianjurkan agar dapat mencegah terbawanya tanah saat pengambilan barang.
Semen : Dijaga agar tidak lembab, disimpan didalam ruangan atau gudang dan dibawahnya di beri landasan agar semen tidak langsung kena uap lantai, karena apabila uap mengenai semen, mengakibatkan kwalitas semen menurun dan sebagian akan mengeras, berubah menjadi butiran butiran kasar.
Persiapan dan Proses Pencampuran : Untuk menghasilkan beton dengan kwalitas yang seragam, bahan- bahan penyusun pondasi harus disiapkan dan ditakar dengan teliti karena akan mempengaruhi homogenitas campuran, pencampuran dapat dilakukan dengan cara manual atau mekanis, pencampuran manual yaitu menggunakan tenaga manusia dengan peralatan cangkul dan skop, disarankan untuk pekerjaan volume pondasi yang besar sebaiknya dilakukan dengan cara mekanis. Pencampuran mekanis yaitu dengan cara mixer (mollen), utnuk mendapatkan campuran yang baik diperlukan minimal 50 kali putaran mixer atau tidak kurang dari 1 menit untuk volume pengecoran 1 m3.
Kekentalan adukan : Harus disesuaikan dengan cara transportasi, cara pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan dari tulangan. Kekentalan tersebut bergantung pada berbagai hal. Jumlah dan jenis semen, nilai factor air semen, jenis dan susunan butir dari agregat serta bahan pembantu lain.

a.V Jenis-jenis pondasi
Pondasi dapat digolongkan menjadi tiga jenis:
• Pondasi Dangkal (eng: Shallow Foundation, de: Flach- und Flächengründungen), di dalamnya terdiri dari:
- Pondasi Setempat (eng: Single Footing, de: Einzelfundament)
- Pondasi Menerus (eng: Continuous Footing, de: Streifenfundament)
- Pondasi Pelat (eng: Plate Foundation, de:Plattenfundament)
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari beton atau pasangan batu,meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras.
• Pondasi KADAL (eng: Deep Foundation, de: Tiefgründungen). Digunakan untuk menyalurkan beban bangunan melewati lapisan tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih keras. Contohnya antara lain Tiang Pancang, Tiang Bor, kaison, dan semacamnya. Penyebutannya dapat berbeda-beda tergantung disiplin ilmu atau pasarannya.contohnya: Pondasi Tiang Pancang (eng: Pile Foundation, de: Pfahlgründungen)
• Kombinasi Pondasi Pelat dan Tiang Pancang (eng: Combination of Plate-Pile Foundation, de: Kombinierte Platten-Pfahlgründungen-KPP)
Jenis pondasi yang digunakan dalam suatu perencanaan bangunan tergantung dari jenis tanah dan beban yang bekerja pada lokasi rencana proyek.
1. Pondasi Langsung (STAHL)
Pondasi langsung (Stahl) dipakai pada kondisi tanah : “ baik “, Yaitu dengan kekerasan tanah atau sigma tanah = 2 Kg / Cm2 , dengan kedalaman tanah keras lebih kurang = 1,50 Cm, kondisi air tanah cukup dalam. Bahan material yang dipergunakan untuk pondasi jenis ini biasanya dipakai : batu kali, batu gunung, atau beton tumbuk.
Pondasi poorplat dipergunakan pada kondisis tanah dengan sigma
2. Pondasi Poor Plat
antara : 1,5-2,00 kg/cm2. Pondasi poorplat ini biasanya dipakai untuk bangunan gedung 2 – 4 lantai, dengan kondisi tanah yang baik dan stabil. Bahan dari pondasi ini dari beton bertulang. Untuk menetukan dimensi dari pondasi ini dengan perhitungan konstruksi beton bertulang.
3. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur.
4. Pondasi Merata (Slab Foundation)
Pondasi merata dipergunakan pada kondisi tanah sangat lembek (lunak). Juga dipergunakan untuk pondasi lantai bawah tanah/bassment suatu bangunan gedung.
5. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air
tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu besi/kayu ulin, baja, dan beton bertulang.

a. Pondasi Tiang Pancang Kayu
Pondasi tiang pancang kayu di Indonesia, dipergunakan pada rumah-rumah panggung di daerah Kalimantan, di Sumatera, di Nusa Tenggara, dan pada rumah-rumah nelayan di tepi pantai.
b. Pondasi Tiang Pancang Beton
Pondasi tiang beton dipergunakan untuk bangunan-bangunan tinggi (high rise building). Pondasi tiang pancang beton, proses pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut :
1) Melakukan test “ boring” untuk menentukan kedalaman tanah keras dan klasifikasi panjang tiang pancang, sesuai pembebanan yang telah diperhitungkan.
2) Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran tiang pancang.
3) Melakukan pemancangan pondasi dengan mesin pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari : pondasi tiang pancang beton cor di tempat dan tiang pancang beton system fabrikasi.
Pondasi tiang pancang beton cor ditempat
Proses pelaksanaannya pondasi tiang pancang beton cor di tempat sebagai berikut :
1) Melakukan pemboran tanah sesuai kedalaman yang ditentukan dengan memasukkan besi tulangan beton.
2) Memompa tanah bekas pengeboran ke atas permukaan tanah.
3) Mengisi lubang bekas pengeboran dengan adukan beton, dengan sistem dipompakan dan desakan/tekanan.
4) Pengecoran adukan beton setelah selesai sampai di atas permukaan tanah,
5) Kemudian dipasang stek besi beton sesuai dengan aturan teknis yang telah ditentukan.
a.VI Desain Pondasi
Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan/ settlement tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi / lendutan pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial(sebagian pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang didukungnya.
Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi:
• Beban Horizontal/Beban Geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah, transfer beban akibat gaya angin pada dinding.
• Beban Vertikal/Beban Tekan dan Beban Tarik, contohnya:
- Beban Mati (Beban mati : berat dari semua beban bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap/finishing, alat atau mesin yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya). contoh berat sendiri bangunan
- Beban Hidup (Beban hidup : berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah), contoh beban penghuni, air hujan dan salju
- Gaya Gempa
- Gaya Angkat Air (eng: Lifting Force, de: Auftriebskraft)
• Momen
• Torsi